Postingan

Empat Hari untuk Selamanya

Gambar
Hai, sayang, perlu waktu hampir dua tahun untukku merangkum dan menuangkan semua tentangmu di sini. Meskipun sepotong-sepotong kisahmu mampu kutuliskan di sana-sini, namun membawamu ke "tempat sakral" ini ternyata perlu energi dan hati yang lebih besar lagi. Ditambah dengan bantuan hormon-hormon pasca kembali rutin lari dan asupan kopi sore tadi, akhirnya hari ini tiba. Bismillah. Ini kisah panjang sekaligus singkat tentangmu, Kaldera Althaf Pradapta. 10 Juni 2022 Suatu hari, tiga bulan setelah aku dan ayahmu menikah, aku iseng membeli testpack karena menstruasiku telat datang satu minggu. Tanpa basa-basi, garis dua. Respon pertama adalah bingung dan cemas. Ini beneran? Pagi itu juga aku langsung ke klinik terdekat untuk memeriksa lebih lanjut. Dan betul, sudah ada kamu di rahimku. Usia lima minggu. Sejujurnya saat itu kami punya rencana-rencana lain yang bukan punya anak, tapi kehadiranmu yang baru terlihat setitik di hasil cetak USG sudah membuat kami melepaskan semua renca...

Cara Daftar Nikah 2022~

Gambar
Gue merasa perlu nulis ini karena selama proses daftar nikah, gue sangat terbantu dengan video youtube orang-orang yang nyeritain pengalaman mereka. Berhubung ku nggak punya yutub, jadi mari cerita di sini. Sebelum ngurus ini itu, yang terpenting adalah banyakin riset! Paling aman sih tanya langsung ke kelurahan yang sesuai KTP tentang alur dan syarat yang diperluin. Tapi baca, nonton, denger cerita dari orang yang pernah ngalamin langsung bikin kita dapet lebih banyak insight terlebih soal printilan-printilan yang nggak dijelasin di ((( pamflet ))). Terima kasih buat orang-orang yang udah berbagi cerita. :') Penting: cari info dari orang yang wilayah dan tgl nikahnya nggak beda jauh dari kita supaya peraturannya (relatif) sama. Langsung aja ya. Alur dan syarat yang gue tulis di sini berdasarkan pengalaman gue sbg warga DKI, tepatnya Jakarta Pusat. Sbb~ : 1. Daftar online ke KUA via simkah.kemenag.go.id. Salah satu dari catin daftar di situs ini. Pilih KUA tempat akad akan dilangsu...

Dilamar!

Gambar
Rabu, 29 Desember 2021 Hari ini kamu libur. Semalam sebelumnya kita bertanya-tanya mau pergi ke mana selagi kamu libur. "besok ke mana ya?" "ke puncak." "iya ya? kamu udah lama ya nggak jalan-jalan." "iya kan.. kita motoran aja terus makan indomie di warung," aku tiba-tiba antusias karena sepertinya kamu menyambut baik jawaban sekenanya aku tadi. Seperti itu. Lalu tiba-tiba kita punya rencana ke puncak. Pagi harinya. Pukul 05.00. Hujan. "hujan nih, kayaknya nggak usah deh, takut repot di jalan," ujarku. Satu jam kemudian, "sisa gerimis aja nih, gas aja yuk, bismillah," chatmu aku baca sambil sedikit mengernyitkan dahi. Tumben, pikirku. Meski bingung, tentu aku iyakan dengan semangat. Akhirnya kita berangkat ke puncak naik vespa. Di perjalanan, kamu menyarankan tempat-tempat yang bisa kita kunjungi di sana. "nggak mau, aku cuma mau makan mie di warung sambil liat pohon," jawabku nggak berubah sampai akhirnya kita mula...

Kami, Citeureup, dan Negara Ini

Gambar
Satu kata buat hari ini? Epic. Saking epicnya, gue sampai tiba-tiba punya minat buat ngeblog panjang lebar lagi. Berawal dari Edo yang semalam ngajakin ke curug dan tanpa pikir panjang ku iyakan tentu saja. Dua-duanya impulsif memang. Mau ke curug mana juga gue nggak tau. Pegangan gue cuma dua ucapan Edo ini, "curug yang pernah didatengin sepupuku" dan "dari Pasar Sentul belok kiri." Yang penting dia tau, pikirku. Ternyata kali itu kutida pandai berpikir~ Pagi ini kami jalan jam enam. Motor baru saja keluar gang rumah, adegan seru sudah dimulai, "Abang, nama curugnya apa?" "Apa ya? Aku lupa." "......Dih, coba tanya sepupumu." Kacau emang Edo. :))) Kemudian dia chat sepupunya. Di tengah jalan Edo merasa ingat sesuatu, "namanya Curug Citeureup," katanya. Karena sepupu Edo belum juga jawab whatsapp, yasudah kami memutuskan bahwa, ya, benar, curug yang kami tuju itu bernama Curug Citeureup! Cek di map. ...

Tidak Akan Pernah Jadi Biasa

Kita pernah jatuh cinta Kita pernah percaya Kita pernah terluka Kita kini jatuh cinta Kita kini percaya Kita pasti akan tetap terluka Bukan ketiadaan luka yang jadi pembeda, sayang Tapi cinta dan percaya yang tidak akan pernah jadi biasa saja.

Amin yang Tak Pernah Kauucap

Amin yang tak pernah kauucap Ialah kata yang paling setia menunggu Pada lidahmu sebagai bayang yang tak pernah singkap Tertimbun kata lain sebab kau tidaklah gagu Amin yang tak pernah kauucap Ialah suara paling hening Menerbangkan luka lewat air laut yang menguap Tak kan kau sadari sampai laut mengering Amin yang tak pernah kauucap Ialah lafal harap yang tak berani berharap Menahan luka lewat air mata yang dibiarkan mengambang Segan meluncur sebelum doamu berhenti berkembang Amin yang tak pernah kauucap Ialah aku Yang pernah naif menunggumu siap Menutup doamu dengan 'amin'ku

Ibu (koma) Kota Ini

Ibu, kota ini sibuk membungkus bingkis. Mata manis, mulut sinis. Mulut manis, hati amis. Tak pernah jelas ada apa di balik tawa dan tangis. Kau hapal kan, Bu, aku tak mau memakai rok polkadot jika motif bajuku garis-garis. Sekarang, segalanya tak harmonis. Ibu, kota ini hobi memelintir. Aku terlalu lemah mencerna satir. Pun tak cukup peka didamprat sindir. Tak ada yang dapat dipahami oleh anakmu yang pandir. Aku rindu omelanmu yang panjang itu, Bu. Jernih. Amat jernih meski seribut petir. Ketulusan yang kau junjung sekadar kujinjing. Prasangka baik yang kau gadang kusempilkan di gudang. Benda-benda itu terlampau usang di kota yang kini asing. K alah prestis dibanding pemikiran dan laku 'kritis.' Aku hanya ikuti aturan main. Jika tak sanggup melawan, menyamarlah menjadi kawan. Aman. Ibu, kota ini ternyata tak semenyenangkan yang kau bicarakan. Kejujuran dan ketulusanmu yang kurindukan. Percaya dan maaf yang kau tanam tak lagi tumbuh. Mungkin hanya soro...